google-site-verification: google6a1320bc22957658.html Two Face ~ Aneuk Atjeh.Com

Pages

25 Sep 2012

Two Face

Share this history on :


"Cerpen Tentang Pembentrokan dua Prasaan dan Kepribadian Seorang Pemuda Dalam Menemukan Kehidupan yang Sebenarnya, dan ia Masih Merasa Bingung Dengan Hidupnya"
Selamat Membaca, Kritik Dan Saran Sangat Pengarang Harapkan..!!!         
         Angin berdesir, mentari menyapa dengan penuh cinta mematuhi pinta sang pencipta, masih tak terasa bahwa hari sudah terang kembali, dan tak terasa pula ia akan gelap lagi,begitulah ketetapan sang ilahi.
            Dan hari ini ia masih sibuk denga hayalan-hayalan semunya, hayalan yang tak seorang pun mendukungnya, ia dianggap bagai sampah tak berguna, umpama yang tak pernah kita harapkan,namun itu lah yang dialami farhan. Hari-hari yang dilewatinya penuh noda, noda yang sulit tuk dihapus, terhapus berarti dia menang dalam perjuangannya melawan takdir.
         Seperti biasanya ia duduk di sebuah jembatan dengan pandangan kearah sungai, ia tak peduli apa yang terjadi disekitarnya,ia hanya merenung nasib dan takdirnya,  sekali- kali terdengar teriakan terikan nya yang misterius, tak ada yang peduli dengannya, dan tak seorang pun ingin tahu tetang nasibnya, hanya terdengar kicauan burung yang menyapa,
    “tuhan...kenapa kau ciptakn takdir yang tak kuinginkan.” Apa dosa ku , dan apa salahku” terdengar terian-teriakannya, ia menanti ada sebuah jawaban yang datang ,namun hal itu hanya ilusi,,ia beranjak pergi meninggalkan sungai yang tak seorang pun berani menyapa tempat itu, dia pulang ke istana yang tak dapat membuatnya bahagia, jiwa yang kosong, dengan muka yang pucat pasi, dia memberi salam, tak da jawabanya,  dia dobrak pintu dengan kerasnya, mungkin tetangga sudah biasa dengan hal itu, jadi tak da yang peduli, seorang wanita setengah baya menghampirinya, dan memeluknya.
     “kamu sudah pulang nak, ibu khawatir dengan keadaanmu, kenapa kamu pulangnya sore gini, kamu dah makan nak,” tanya bu Aini yang masih memeluk farhan.
Aman, damai , sejahtra itulah yang dirasakan farhan dalam pelukan ibunya, ibu yang selalu memberikannya kasih sayang, cinta dan karena ibunya pula farhan masih punya harapan hidup,
    Kebiasaan-kibiasan aneh yang tak masuk akal sering dilakukannya, berbicara pada cermin misalnya,dia tersenyum berteriak, seakan-akan telah melihat sesuatu dalam dirinya. 
Bersambung ......

0 Komentar:

Posting Komentar

Tinggal Kan Komentar Anda,..!!!
Komen apa aja Boleh..., Bebas Berekspresi.