"Cerpen Tentang Pembentrokan dua Prasaan dan Kepribadian Seorang Pemuda Dalam Menemukan Kehidupan yang Sebenarnya, dan ia Masih Merasa Bingung Dengan Hidupnya"
Selamat Membaca, Kritik Dan Saran Sangat Pengarang Harapkan..!!!
Angin berdesir, mentari menyapa dengan penuh cinta mematuhi pinta sang pencipta, masih tak terasa bahwa hari sudah terang kembali, dan tak terasa pula ia akan gelap lagi,begitulah ketetapan sang ilahi.
Selamat Membaca, Kritik Dan Saran Sangat Pengarang Harapkan..!!!
Angin berdesir, mentari menyapa dengan penuh cinta mematuhi pinta sang pencipta, masih tak terasa bahwa hari sudah terang kembali, dan tak terasa pula ia akan gelap lagi,begitulah ketetapan sang ilahi.
Dan hari ini ia masih
sibuk denga hayalan-hayalan semunya, hayalan yang tak seorang pun mendukungnya,
ia dianggap bagai sampah tak berguna, umpama yang tak pernah kita harapkan,namun
itu lah yang dialami farhan. Hari-hari yang dilewatinya penuh noda, noda yang
sulit tuk dihapus, terhapus berarti dia menang dalam perjuangannya melawan
takdir.
Seperti biasanya ia duduk di sebuah jembatan dengan
pandangan kearah sungai, ia tak peduli apa yang terjadi disekitarnya,ia hanya
merenung nasib dan takdirnya, sekali-
kali terdengar teriakan terikan nya yang misterius, tak ada yang peduli
dengannya, dan tak seorang pun ingin tahu tetang nasibnya, hanya terdengar
kicauan burung yang menyapa,
“tuhan...kenapa kau ciptakn takdir yang tak kuinginkan.”
Apa dosa ku , dan apa salahku” terdengar terian-teriakannya, ia menanti ada
sebuah jawaban yang datang ,namun hal itu hanya ilusi,,ia beranjak pergi
meninggalkan sungai yang tak seorang pun berani menyapa tempat itu, dia pulang
ke istana yang tak dapat membuatnya bahagia, jiwa yang kosong, dengan muka yang
pucat pasi, dia memberi salam, tak da jawabanya, dia dobrak pintu dengan kerasnya, mungkin
tetangga sudah biasa dengan hal itu, jadi tak da yang peduli, seorang wanita
setengah baya menghampirinya, dan memeluknya.
“kamu sudah pulang nak, ibu khawatir dengan keadaanmu,
kenapa kamu pulangnya sore gini, kamu dah makan nak,” tanya bu Aini yang masih
memeluk farhan.
Aman, damai , sejahtra
itulah yang dirasakan farhan dalam pelukan ibunya, ibu yang selalu
memberikannya kasih sayang, cinta dan karena ibunya pula farhan masih punya
harapan hidup,
Kebiasaan-kibiasan aneh yang tak masuk akal sering
dilakukannya, berbicara pada cermin misalnya,dia tersenyum berteriak,
seakan-akan telah melihat sesuatu dalam dirinya.
Bersambung ......
0 Komentar:
Posting Komentar
Tinggal Kan Komentar Anda,..!!!
Komen apa aja Boleh..., Bebas Berekspresi.